Jakarta - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti diharapkan kembali berada dalam Kabinet Indonesia Maju di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut survei yang diterima Tagar, Sabtu, 4 Juli 2020, jika perombakan dilakukan di Kabinet Indonesia Maju, ada beberapa nama mantan menteri yang diharapkan kembali bekerja bersama Jokowi.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyebutkan beberapa tokoh yang diinginkan publik dengan persepsi tertinggi ada pada Susi Pudjiastuti sebanyak 37,2 persen, Arief Yahya 32,2 persen, dan Dahlan Iskan 31,4 persen.
"Tiga nama teratas tersebut memiliki rekam jejak cukup baik di mata publik, sehingga kembali diinginkan untuk masuk dalam jajaran Kabinet Indonesia Maju," katanya.
Survei Political Opinion (IPO) mengharapkan Susi Pudjiastuti kembali ke Kabinet Indonesia Maju. (Foto: Dokumen IPO)
Tidak hanya itu, ada juga beberapa menteri yang menjabat di periode sebelumnya diharapkan kembali, yakni Rizal Ramli 28,8 persen, Ignasius Jonan 27,1 persen, Hanif Dhakiri 0,9 persen.
Baca juga: Yasonna Laoly Survei Tertinggi Layak Direshuffle
Baca juga: Ancaman Reshuffle di Kabinet Jokowi Hanya Sesaat
Lalu, nama dari kalangan non partai politik juga pejabat publik yang ia sebut diinginkan publik menduduki kursi menteri yakni, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj 20,5 persen dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir 0,6 persen.
"Reputasi Dahlan Iskan cukup mengesankan bagi publik, sehingga ia masuk sederet nama paling diharapkan kembali ke kabinet, hanya soal komitmen Presiden Jokowi, apakah benar akan melakukan pergantian menteri, atau hanya untuk kiasan pidato saja," ucap Dedi menambahkan.
Dedi mengungkapkan, survei yang dilakukan IPO melibatkan 1350 responden yang tersebar di 30 Provinsi di Indonesia, dengan menggunakan metode survei Wellbeing Purposive Sampling (WPS).
Sementara, validitas data menggunakan triangulasi bertingkat, membandingkan antar data terinput, dengan analisis coder expert dan pengecekan ulang melalui wawancara via telepon sejumlah 20 persen responden.
Kemudian, penentuan sampling error pada 3,54 persen dilakukan dengan tingkat akurasi data dalam rentang maksimum 97 persen. []