Jakarta - Saat menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto dipastikan bersinggungan dengan stabilitas negara. Ketika itu juga Wiranto beberapa kali melontarkan pernyataan keras.
Wiranto saat ini dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta Pusat. Dia baru saja ditusuk dua orang saat mengunjungi Alun Alun Menes, Pandeglang, Banten pada Kamis siang 10 Oktober 2019.
Pria berusia 72 tahun itu mendapatkan dua luka tusukan di bahu kiri bagian dalam. Kepolisan menyatakan pelaku yang merupakan suami isteri itu diduga terafiliasi jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Cirebon dan Sumatera.
Di balik itu, berikut tiga pernyataan keras mantan panglima TNI era Presiden ke-2 Indonesia Suharto tersebut sebelum mendapat serangan:
1. Pengungsi Ambon Jangan Jadi Beban Pemerintah
Wiranto mengucapkan pernyataan yang menyinggung masyarakat Ambon, Maluku pascagempa 6,5 magnitudo pada Senin 30 September 2019. Dia mengatakan pengungsi di wilayah itu menjadi beban pemerintah.
Atas pernyataan itu Wiranto diprotes sejumlah pihak, di antaranya pemuda asal Maluku, Ikhsan Tualeka lewat Facebooknya yang kemudian menjadi viral, dan Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Besar Masyarakat Maluku (KKBMM).
Menkopolhukam Wiranto sesaat sebelum mengalami upaya pembunuhan dari dua orang ketika berkunjung ke Pandeglang, Banten pada Kamis 10 Oktober 2019. (Foto: Istimewa)
Wiranto kemudian meminta maaf kepada masyarakat Maluku atas pernyatannya yang dianggap kontroversial terkait pengungsi Ambon menjadi beban pada Jumat 4 Oktober 2019. Dia mengaku tak bermaksud melukai hati warga Ambon.
Sebelumnya Ambon terkena gempa 6,3 magnitudo. Gempa tersebut melahirkan gempa susulan lebih dari 1.000 kali. Akibatnya 700 rumah warga rusak, sementara 23 orang dikabarkan meninggal dunia.
2. Eks ISIS Jangan Jadi Bibit Penyakit
Sedikitnya 120 orang Warga Negara Indonesia (WNI) mantan simpatisan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ditampung di perbatasan Irak dan Suriah pada pertengahan Juli 2019.
Mereka akan dipulangkan ke Tanah Air. Sebab itu pemerintah Indonesia mempersiapkan tim khusus yang bekerja untuk memulangkan simpatisan ISIS tersebut.
Wiranto yang menjabat Menkopolhukam menyebut simpatisan ISIS itu nantinya jangan sampai merugikan masyarakat di Indonesia. Dia menambahkan, eks ISIS itu diharapkan jangan jadi bibit-bibit penyakit baru yang mencuci otak masyarakat dengan sikap antipancasila.
Menkopolhukam Wiranto mendapat luka 2 tusukan di Alun Alun Menes, Pandeglang, Banten pada Kamis siang 10 Oktober 2019. (Foto: Istimewa)
3. HTI Dekat dengan ISIS
Pada 17 Mei 2017, Menkopolhukam Wiranto menilai Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) memiliki kesamaan sekaligus kedekatan dengan kelompok teroris ISIS. Sikap Wiranto itu menyikapi organisasi yang berkembang mengangkat ideologi selain pancasila dan UUD 45.
Wiranto juga menyampaikan ketakutan pemerintah akan berkembangnya bibit ISIS di Indonesia jika simpatisan kelompok teroris itu pulang ke Tanah Air karena dipukul mundur pasukan sekutu.
Sebab itu untuk mencegah ketakutan, dalam situasi tertentu dia mendorong Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) tentang Organisasi Masyarakat (Ormas).
HTI diketahui menjadi ormas pertama yang dibubarkan oleh perpu tersebut. Dalam pembentukan perpu itu, terdapat beberapa ormas yang menolak, di antaranya Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), Al Washliyah, Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), dan Front Pembela Islam (FPI). (Putra Abdul Fattah Hakim)
Baca juga:
- Jokowi Meluncur ke RSPAD Jakarta Lihat Kondisi Wiranto
- Jokowi Tiba di RSPAD Jenguk Wiranto Luka 2 Tusukan
- Identitas 2 Pelaku Upaya Pembunuhan Wiranto, 1 Wanita
- Jenis Pisau yang Dipakai Menusuk Wiranto di Banten