Jakarta – Aplikasi berbagi video TikTok mengaku telah menghapus video viral seorang remaja Amerika Serikat (AS) yang mengecam perlakuan tak manusiawi pemerintah China terhadap etnis muslim Uighur dan minoritas lainnya di Xinjiang, China. Setelah video yang diposting remaja bernama Feroza Aziz menjadi viral, ditonton lebih dari 1,6 juta kali, akhirnya TikTok meminta maaf kepada remaja itu. "Kami ingin meminta maaf kepada pengguna atas kesalahan kami,” ujar Eric Han, Kepala Keselamatan Aplikasi TikTok di AS seperti diberitakan oleh Reuters, Kamis, 28 November 2019.
Dalam video diposting minggu lalu, awalnya Feroza Aziz memberikan tutorial tentang tipis mengeritingkan bulu mata. Namun, ia kemudian meluapkan kecaman atas penahanan massal etnik muslim Uighur dan minoritas lainnya di Xinjiang.
Pada Minggu ini, Aziz mengatakan bahwa dirinya telah diblokir sehingga tidak bisa memposting video dari TikTok selama sebulan setelah mengunggah video kecaman itu. Ia kemudian ia menulis di akun Twitter-nya pada Rabu, 27 November 2019 bahwa videonya telah dihapus TikTok.

TikTok dalam situs resminya menyatakan, video offline selama 50 menit. Semula TikTok membantah telah memblokir akun Aziz dan menyebutkan videonya masih tersedia. Namun diakui video tersebut telah dihapus dengan alasan kesalahan moderasi manusia.
Han mengatakan karena kesalahan moderasi manusia, video viral dari 23 November itu sudah dihapus. "Penting untuk mengklarifikasi bahwa tidak ada pedoman komunitas kami yang menghalangi konten video seperti ini. Seharusnya video ini tidak dihapus," katanya.
Kementerian Luar Negeri China menyatakan tidak memiliki rincian kasus penghapusan video oleh TikTok. Namun Kementerian mengingatkan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di China untuk menghormati norma-norma internasional dan hukum dan peraturan setempat.
Para ahli dan kelompok hak manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan lebih dari satu juta warga Uighur dan anggota kelompok etnis muslim lain telah ditahan di kamp-kamp di wilayah Xinjiang, China. Penahanan ini memicu kecaman dunia internasional. Namun China berdalih kamp-kamp tersebut adalah pusat pelatihan kejuruan untuk memberikan keterampilan baru serta membantu membasmi dan mencegah pahak radikal.[]
(Dimas Wijanarko)
Baca Juga: Platform Media Sosial TikTok Hapus Akun Propaganda ISIS
Aplikasi TikTok Telah Diunduh 1,5 Miliar