Jayapura - Merebaknya virus corona atau Covid-19 ke Indonesia mengakibatkan alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer langka. Tak hanya di Jakarta, Papua juga mengalami hal yang sama. Bahkan, Dinas Kesehatan Provinsi paling timur Indonesia ini kekurangan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis di wilayahnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Aloysius Giyai menyebut baru 40 set APD yang dimiliki pihaknya saat ini. Sebanyak 20 set ADP di antaranya berada di RSUD Jayapura sebagai salah satu rumah sakit rujukan penanganan Covid-19, di Papua.
Kami akan berupaya mendambah APD. Apalagi RSUD Jayapura sebagai rujukan di Papua.
Sementara, 10 set APD telah didistribusikan ke RSUD Merauke, dan 10 set sisanya diserahkan ke RSUD Timika. Dari jumlah itu, satu set ADP diberikan ke petugas Litbang Biomedis yang nantinya bertugas membawa sampel virus corona. Kemudian petugas di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Jayapura, KKP Merauke, dan KKP Biak Numfor.
“Semua ADP itu merupakan bantuan dari Kementerian Kesehatan. Idealnya setiap kabupaten/kota harus memiliki 100 set ADP,” katanya.
Dia mengakui jika jumlah tersebut masih kurang. Mengingat, Papua memiliki tiga kota transit yang ramai lalu lalang pengunjung. Baik lewat pelabuhan laut maupun bandar udara.
“Kami akan berupaya mendambah APD. Apalagi RSUD Jayapura sebagai rujukan di Papua. Akan menjadi kendala apabila alat pelindung diri masih kurang,” akunya kepada wartawan usai rapat koordinasi pencegahan virus corona di Kantor Gubernur Papua, Kota Jayapura, Kamis 5 Maret 2020.
Meski demikian, Aloysius yang juga menjabat Kepala RSUD Jayapura ini mengatakan pihaknya bersama pemerintah dan DPR Papua masih membahas anggaran pengadaan APD. Sebab, alat pelindung diri untuk penanganan virus corona tak masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
“Ini kan musibah yang datang tiba-tiba, dan gak masuk dalam APBD. Tetapi pastinya pembelian APD harus tetap dilakukan,” jelasnya seraya berharap pemerintah Papua memberikan perhatian khusus untuk hal tersebut.
Aloysius menambahkan, RSUD Jayapura saat ini tengah mempersiapkan ruang isolasi suspect Covid-19 dengan kapasitas 6 pasien. Ruang isolasi tersebut dulunya digunakan untuk penanganan pasien pengidap virus flu burung.
“Sementara RSUD Merauke dan Nabire baru dibuat ruang isolasinya,” terangnya.
Ini kan musibah yang datang tiba-tiba, dan gak masuk dalam APBD.
Bahkan kata dia, Tim Covid-19 telah dibentuk di tiga rumah sakit yang menjadi rujukan di Papua. Tim ini terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam seperti paru-paru, anestesi, dan jantung. Selain itu, dokter anak dan gizi serta radiologi juga masuk dalam tim.
Ketua Tim Covid-19 RSUD Jayapura, dr. Victor Paulus mengatakan, ruang isolasi suspect virus corona siap digunakan mulai dua pekan mendatang. Pihaknya masih membenahi ruangan tersebut serta fasilitasnya, sebagaimana standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO).
“Angka kematian yang ditimbulkan virus corona, 2 sampai 3 persen, setelah terkena. Ini lebih rendah dari sindrom represi pernafasan akut. Namun kita imbau agar masyarakat menjaga hidup sehat. Tidak perlu panik. Selalu cuci tangan dan hindari bepergian ke negara yang dinyatakan terpapar virus corona atau daerah terdampak virus itu,” imbaunya.
Victor meminta kepada masyarakat agar melaporkan kepada RSUD Jayapura atau klinik terdekat, apabila ada anggota keluarga atau tetangganya yang mengalami gangguan pernafasan akut disertai demam tinggi. []