Jakarta, (Tagar 8/4/2019) - Kampanye Akbar Prabowo yang diselenggarakan di Gelora Bung Karno pada Minggu (7/4) lalu, mendapat kritikan dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lewat surat.
SBY menilai kampanye Prabowo yang dilakukan pada waktu lalu itu terkesan ekslusif dan tidak mencerminkan nilai kebhinnekaan.
Melihat hal itu, Wakil Direktur Saksi Tim Kampanye Nasional Lukman Edy mengatakan apa yang dikatakan SBY dalam kritikannya itu bukan hanya ditujukan kepada Prabowo saja. Tetapi pada semua pihak agar dapat berkampanye dengan benar.
"Kalau bagi kami pesan pak SBY bukan saja mengarah ke Prabowo, tapi ke semua pihak. Dan gak benar kalau segala macam bentuk kampanye itu mengedepankan identitas itu nggak benar, itu harus menjadi peringatan bagi semua pihak. Bagi kami bukan hanya peringatan ke pak Prabowo, ke kami juga," kata Lukman Edy dari keterangan tertulis yang diterima Tagar News, Senin (8/4).
Diketahui, sebelum Kampanye Akbar Prabowo berlangsung, kegiatan itu diawali dengan salat berjamaah di Gelora Bung Karno pada subuh hari. Dalam kegiatan itu juga dihadiri oleh komunitas lintas agama.
Memandang hal demikian, kampanye bermodelkan seperti itu patutlah dipertanyakan. Apalagi membawa simbol-simbol keagamaan.
"Oh jelas, secara ideologis patut dipertanyakan. Dengan membawa simbol agama, apalagi kalau kita cermati isi dari orasi yang ada disitu. Dan tak pantas ditiru oleh kandidat yang lain," ujar dia.
"Jadi pada akhirnya menurut kami menyatakan model kampanye begitu memang mengedepankan identitas, sektarian, dan tidak mendidik di era demokrasi seperti ini," ungkapnya.
Sementara, menangapi adanya kritikan SBY yang ditujukan kepada Prabowo dalam pelaksanaan Kampanye Akbar lalu, Sekertaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan dirinya sangat memahami kegelisahan SBY karena melihat penampilan kampanye akbar Prabowo kemarin itu diluar dari yang sudah diharapkan oleh Ketua Umum Demokrat itu.
"Kami bisa memahami kegelisahan dari SBY, terlebih dalam putaran terakhir ini Pak Prabowo menampilkan sosok yang mudah emosional, kemudian menampilkan kampanye yang berbeda jauh dari yang diharapkan Pak SBY," kata Hasto di Lampung Selatan, Minggu (7/4).
Kritikan SBY tentang kampanye akbar Prabowo, Hasto sependapat dengan argumen yang disampaikan oleh SBY itu. Dimana pada saat kampanye Akbar itu Prabowo-Sandi dianggap melakukan kampanye tidak lazim, tidak inklusif dan tak mencerminkan ke-Indonesia-an.
Hal itu juga mendapat reaksi dari Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. Mahfud mengatakan kritikan yang disampaikan SBY untuk Prabowo dalam Kampanye Akbar di GBK waktu lalu itu adalah merupakan bentuk ekspresi kecintaan SBY terhadap Indonesia. Justru kritikan SBY ini seharusnya menjadi perhatian bagi semua orang.
Surat kritikan SBY itu adalah sebagai saran yang patut mendapatkan perhatian, karena itu merupakan sebuah nasihat dari sosok orang tua yang sudah memahami kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.
"Saya juga membaca itu, saya kira perlu diperhatikan nasihat orang yang banyak pengalaman mengelola Indonesia serta kecintaan kepada negaranya. Mari kita perhatikan bersama-sama tanpa harus menyatakan, mungkin yang dilakukan salah satu kelompok itu salah," kata Mahfud jelang acara Ngaji Kebangsaan Bareng Slank, Mahfud MD, dan Yusuf Mansur di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (7/4).
"Agar kita lebih inklusif. Inklusif itu artinya, tidak memfokuskan diri pada upaya menggalang pada satu ikatan primordial. Misalnya, salat subuh bersama, mungkin itu yang dilihat oleh Pak SBY, kemudian tahajud bersama, mungkin itu dilihat terlalu ekslusif. Lalu bagaimana yang tidak subuhan dan tidak tahajudan?" imbuh Mahfud.
Namun adanya kritikan SBY yang ditujukan kepada Prabowo dalam kampanye akbar itu, justru mendapatkan pandangan yang berbeda dari Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) Wasisto.
"Mungkin kita perlu bedakan antara pernyataan pribadi dengan sikap koalisi. Pernyataan SBY tersebut bukan mewakili sikap PD (Partai Demokrat)," kata Wasisto dalam keterangan tertulis yang diterima Tagar News, Senin (8/4).
Dia menilai adanya kritikan SBY kepada Prabowo tersebut bukanlah tanda-tanda SBY akan menarik diri dari hubungan koalisinya tersebut.
"Saya pikir sedari awal Demokrat mendapat pengecualian karena bergabung paling akhir dan ketokohan SBY dispesialkan oleh beberapa elit koalisi Prabowo," ucap Wasisto.
"Maksud saya, PS (Prabowo Subianto) tidak mau ambil pusing ketika Demokrat bersikap seperti ini terlebih lagi SBY adalah kawan satu taruna militer," pungkasnya. []