Jenepoto - Kemarau panjang melanda Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, membuat warga Suku Jeneponto atau turatea menggelar tradisi pabatte tau atau dikenal adu berkelahi manusia di Dusun Borong Keloro, Desa Batujala, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Senin, 7 Oktober 2019.
Kegiatan digelar di area persawahan. Orang-orang berbaris membentuk lingkaran. Peserta berdiri di posisi tengah.
Asdar, seorang warga, mengatakan kegiatan tersebut merupakan tradisi turun-temurun. Tiap tahun digelar saat memasuki musim kemarau.
"Kegiatan ritual ini sudah berlangsung empat hari, dan diselenggarakan setiap sore sekitar pukul 16.00 wita," kata Asdar di lokasi tersebut.
Ritual ini sangat diyakini masyarakat Suku Jeneponto, dapat mendatangkan hujan.
Ia mengatakan kegiatan tersebut merupakan ritual memanggil hujan.
"Ritual ini sangat diyakini masyarakat Suku Jeneponto, dapat mendatangkan hujan," katanya.
Selain sebagai ritual memanggil hujan, kegiatan ini menjadi hiburan bagi warga setiap musim kemarau.
Dalam tradisi pabatte ini peserta harus mengikuti aturan yang dibuat wasit atau juri. Yakni peserta tidak boleh memukul menggunakan tangan. Mereka berkelahi hanya menggunakan kaki atau saling menendang sampai salah satu dari mereka ada yang jatuh.
Peserta yang jatuh dinyatakan kalah, tidak bisa lagi melanjutkan pertandingan.
Setelah berkelahi mereka saling berjabat tangan sebagai tanda bahwa mereka saling memaafkan atas apa yang terjadi dalam tradisi pabatte ini.
Berikut tradisi pabatte tau Suku Jeneponto dalam foto.
Tradisi pabatte tau atau adu berkelahi untuk memanggil hujan di Dusun Borong Keloro, Desa Batujala, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Senin, 7 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Ardiansyah)
Tradisi pabatte tau atau adu berkelahi untuk memanggil hujan di Dusun Borong Keloro, Desa Batujala, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Senin, 7 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Ardiansyah)

Baca juga: