Tegal - Khoriyah, 46 tahun, tak bisa menahan tangis ketika menceritakan detik-detik terjadinya tanah bergerak di Desa Padasari, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Ia dan keluarganya lolos dari bencana itu namun trauma masih membekap perasaan dan benaknya.
Peristiwa yang terjadi Selasa malam, 18 Februari 2020 mengakibatkan rumah Khoriyah rusak berat. "Kejadiannya malam Rabu jam 20.00 WIB. Ada suara kretek-kretek. Dikirain kucing, tidak tahunya tanah retak," kata dia saat ditemui Tagar, Kamis, 20 Februari 2020.
Malam itu, Khoriyah merasakan tanah yang menjadi lantai rumahnya bergerak seperti dilanda gempa bumi. Dinding rumahnya yang terbuat dari kayu juga bergetar.
Belum berani ke rumah lagi, trauma. Suami yang bekerja di Jakarta juga sudah saya suruh pulang.
Khoriyah pun bergegas membawa keluar ibunya, Romlah, 70 tahun, dan dua anaknya masing-masing umur 10 tahun dan 6 tahun yang saat itu sudah tidur. "Saya langsung lari. Anak saya yang kecil saya gendong. Takut rumahnya ambruk," tuturnya sembari terisak.
Akibat kejadian itu, rumah Khoriyah mengalami kerusakan di bagian dinding dan atap. Lantai tanah rumahnya juga retak sepanjang sekitar 10 meter. Dia dan keluarganya harus mengungsi ke rumah kerabat, entah sampai kapan. Karena bayang-bayang ketakutan rumah roboh, ia belum berani balik ke tempat tinggalnya.
"Belum berani ke rumah lagi, trauma. Suami yang bekerja di Jakarta juga sudah saya suruh pulang," ujarnya.
Perangkat Desa Padasari, Kosim mengatakan tanah bergerak terjadi saat turun hujan deras sejak sore sekitar pukul 15.00 WIB hingga malam sekitar pukul 21.00 WIB. Terdapat enam rumah warga yang rusak akibat bencana tersebut.
Rumah-rumah itu berada di RT 23 RW 06 dan RT 07 RW 02 Dukuh Pengasingan. Tiga rumah di antaranya termasuk rumah Khoriyah rusak berat. "Satu rumah lainnya rusak sedang dan satunya lagi rusak ringan," ungkap Kosim, Kamis 20 Februari 2020.
Menurut Kosim, jumlah warga yang tinggal di enam rumah yang terdampak tersebut sebanyak 27 orang. Mayoritas merupakan warga penerima bantuan sosial Program Keluarga Harapan. Mereka untuk sementara harus mengungsi ke rumah saudaranya yang lebih aman.
"Saat kejadian penghuni ada di dalam rumah, paginya langsung mengungsi," ujarnya.
Kosim menyebut belum ada langkah penanganan maupun bantuan dari pemerintah daerah meski pemerintah desa sudah mengirimkan surat ihwal kejadian itu. Langkah yang dilakukan baru sebatas pendataan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Palang Merah Indonesia, Polsek dan Koramil.
"Belum ada bantuan. Salah satu warga yang rumahnya rusak berat diperbaiki secara swadaya. Warga kerja bakti," kata Kosim.
Ia menambahkan setiap hujan turun, retakan tanah bertambah sehingga membuat warga waswas akan terjadi longsor. "Tanah bergerak ini baru pertama kali terjadi. Sebelumnya belum pernah," ujarnya. []
Baca juga:
- Trauma Bencana, Bupati Gowa Minta SAR Siap Siaga
- Tanah Longsor, Rumah Warga di Sijunjung Terbawa Arus
- Kreasi Survivor Menoreh Magelang Siaga Tanah Longsor