Jakarta – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, melancarkan sebuah kampanye intensif terhadap Kejaksaan Agung AS dan mendesak badan itu untuk mengubah kekalahannya dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2020 dalam minggu-minggu terakhir masa jabatannya.
Hal itu diungkapkan oleh pemimpin badan itu dalam kesaksiannya dengan para anggota kongres, seperti dikatakan oleh seorang senator Demokrat senior pada Minggu, 8 Agustus 2021.
Mantan pejabat jaksa agung, Jeffrey Rosen, menyediakan kesaksian “sangat berharga” selama sidang tertutup selama tujuh jam pada Sabtu, dimana dia menuduh Trump berusaha mengubah hasil pemilihan, kata Ketua Komite Judisial Senat kepada CNN.
Menurut Durbin, Rosen memberi kesaksian bahwa Trump secara langsung menekan dirinya untuk secara bohong mengatakan bahwa penyelidikan kecurangan pemilihan yang sedang berlangsung menimbulkan keraguan dengan kemenangan Presiden Joe Biden.
“Ini nyata, sangat nyata, dan sangat spesifik,” kata Durbin tentang tekanan dari Trump pada diri Rosen. “Mantan presiden itu tidak berbasa-basi kalau dia menginginkan sesuatu.”

Durbin, Demokrat dari Illinois, yang mengetuai Komite Judisial Senat, memuji Rosen, seorang pengacara konservatif, atas kerja samanya dengan penyelidikan komite kedalam perilaku Trump pasca pemilihan.
“Menurut saya sejarah akan menilai Rosen secara ramah setelah ini semua berakhir,” kata Durbin. “Untung Amerika memiliki seseorang seperti Rosen dalam posisi itu.”
Kesaksian Rosen datang satu minggu setelah komite di DPR merilis dokumen Kejaksaan Agung yang menunjukkan Trump mendesak pejabat top di badan itu untuk secara berbohong mengklaim bahwa kekalahannya dalam pemilihan merupakan kecurangan.
"Bilang saja bahwa pemilu itu korup + sisanya serahkan kepada saya dan anggota Kongres R.," kata Trump kepada Rosen, dalam pembicaraan telepon pada 27 Desember 2020, demikian menurut catatan tulisan tangan yang dibuat oleh pembantu Rosen.
Catatan itu memperlihatkan Rosen memberitahuna Trump bahwa badan yang dipimpinnya tidak bisa dan tidak akan mau “mengubah hasil dari pemilihan.”
Durbin mengatakan dalam wawancara dengan CNN itu bahwa komite yang dipimpinnya ingin memperoleh kesaksian dari mantan jaksa agung Bill Barr, yang digantikan oleh Rosen semasa minggu-minggu terakhir dari kepresidenan Trump.
Barr undur diri pada Desember 2020, tidak lama setelah Electoral College mengkonfirmasi kekalahan Trump dari Biden.
Barr membuat Trump marah karena dia tidak mendukung klaim Trump yang palsu bahwa pemilihan pada 3 November 2020 itu dicemari oleh berbagai kecuarangan. Berbagai pengadilan, pejabat pemilihan negara bagian, dan anggota pemerintahan Trump membantah klaim itu dan menyatakannya tidak berdasar.
Durbin juga mengatakan, dia ingin mendengar dari mantan asisten jaksa agung Jeffrey Clark, yang dilaporkan bersekongkol dengan Trump untuk berusaha memecat Rosen sehingga dia bisa mengambil alih pimpinan di Kejaksaan Agung.
“Saya ingin mendengar dari Jeffrey Clark,” kata Durbin. “Dia adalah calon Trump seandainya Rosen tidak mau melakukan apa yang diinginkannya. Dan Rosen tetap teguh.” (jm/pp)/voaindonesia.com. []