Bogor - Putri mantan Presiden Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana, memperingati milad ayahnya dengan bercerita di lini masa media sosial. Dalam kisahnya, Hardijanti menyebut Soeharto pernah menolak tawaran berlindung di negara lain menyusul rentetan demonstrasi dan kerusuhan yang berujung tumbangnya pemerintahan ayahnya pada 1998.
"Ada beberapa presiden menawarkan bapak untuk datang ke negaranya dan beliau-beliau siap melindungi bapak," kata mantan Menteri Sosial yang akrab disapa Mbak Tutut ini di akun Twitternya, Minggu, 7 Juni 2020.
Soeharto, kata Tutut, memilih menetap di rumahnya. Kediaman Soeharto terletak di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat.
“Saya tidak akan pergi ke mana-mana. Ini rumah saya," tutur Tutut mengutip ayahnya. Saat itu, Soeharto telah berusia 77 tahun.
Saya tidak akan pergi ke mana-mana. Ini rumah saya.
Soeharto hanya membalas ajakan para sahabatnya di luar negeri itu dengan ucapan terima kasih. Presiden kedua Indonesia ini meminta maaf karena ia enggan terbang ke luar negeri demi menyelamatkan diri.
"Maaf, saya tidak akan meninggalken Indonesia. Saya lahir di Indonesia. Seandainya saya harus mati, saya akan mati di Indonesia, negeri di mana saya dilahirken,” ujar Tutut menirukan ucapan bapaknya.
Mendengar jawaban Soeharto, Tutut mengaku terharu. Ia menyebut ayahnya seorang negarawan dan kesatria.
"Bapak tidak akan 'tinggal glanggang colong playu' (lari meninggalkan tanggung jawab)" kata Tutut.
Presiden RI kedua Soeharto. (Foto: Historia)
Hari ini, 8 Juni 2020, merupakan ulang tahun kelahiran Soeharto yang ke-99. Sosok yang dikenal sebagai 'The Smiling General' ini lahir di Kemusuk, Yogyakarta, 8 Juni 1921.
Dalam sejarah Indonesia, Soeharto tercatat sebagai presiden yang paling lama berkuasa. Ia angkat kaki dari Istana setelah memimpin Pemerintahan Indonesia 32 tahun.
"Pada saat itu bapak sudah memutuskan untuk berhenti menjadi Presiden RI, setelah adanya desakan sebagian masyarakat dan mahasiswa," ujar Tutut.
Tutut sempat bertanya kepada ayahnya terkait perasaannya tentang situasi yang mencekam itu. Tentang kerusuhan, penjarahan, demonstrasi, hingga tuntutan Soeharto diseret ke pengadilan.
“Kenapa saya harus takut? Saya tidak bersalah," ujar Soeharto.
Menurut Tutut, ayahnya telah melakukan tugasnya sebaik kemampuannya. Ia bilang, Soeharto yakin orang-orang yang turun di jalan itu terhasut oleh kelompok yang menginginkan Indonesia hancur.
Hampir sepuluh tahun setelah runtuhnya Orde Baru, 27 Januari 2008, Soeharto menghembuskan nafasnya yang terakhir di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta. Jenazah Soeharto kemudian dikebumikan di Astana Giri Bangun, Solo, dengan upacara pemakaman yang dipimpin oleh Presiden Indonesia saat itu Susilo Bambang Yudhoyono. []
Baca juga:
- Megawati Soekarno dan Tutut Soeharto, Ini Persamaan dan Perbedaannya
- Tutut Soeharto: Ibu Saya Mau Dicontoh, Monggo