Jakarta - Anggota Komisi I DPR Fadli Zon mengungkit janji Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang sempat menyebut bakal memproduksi vaksin Merah Putih guna menanggulangi persoalan wabah virus corona (Covid-19) di Indonesia.
Dulu Presiden Joko Widodo sudah menjanjikan vaksin merah putih, tetapi kenapa tiba-tiba yang keluarnya adalah vaksin 'palu arit'.
Vaksin Merah Putih sepenuhnya menjadi proyek dalam negeri yang melibatkan Lembaga Biomolekuler Eijkman dan beberapa perguruan tinggi di Indonesia.
Fadli kemudian menyarankan pemerintah untuk tidak tergesa-gesa melakukan vaksinasi massal pada November 2020, memakai vaksin Sinovac asal China. Sebab, menurutnya, keberadaan vaksin impor itu belum tentu menyelesaikan permasalahan di dalam negeri, justru bisa menambah komplikasi.
Baca juga: Jokowi Ingin Sosialisasi Vaksin Corona Tidak Seperti UU Cipta Kerja
"Tidak perlu tergesa-gesa, kita bisa mempertaruhkan nasib rakyat Indonesia, terutama mereka yang disuntikkan vaksin. Ini yang menjadi concern bersama saat ini, karena dulu Presiden Joko Widodo sudah menjanjikan vaksin merah putih, tetapi kenapa tiba-tiba yang keluarnya adalah vaksin 'palu arit'," kata Fadli Zon, Tagar kutip dari akun YouTube-nya, Selasa, 27 Oktober 2020.
Dengan keberadaan vaksin impor asal Tiongkok itu, Fadli menengarai nantinya bakal ada sekelompok ataupun segelintir orang yang justru mengeruk keuntungan dari penderitaan rakyat.
Baginya, vaksin bakal menjadi suatu bisnis yang sangat menjanjikan, menjaring keuntungan sangat besar. Sebaiknya, kata dia, pemerintah dan instansi terkait harus betul-betul fokus mencari orang-orang terbaik di Indonesia, yang dapat meredam krisis kesehatan ini.
"Saya kira banyak sekali ahli-ahli virologi virus ya, mungkin mikrobiologi dan sebagainya dari berbagai universitas. Saya tahu di Universitas Indonesia cukup banyak ahlinya, dari Eijkman Institute dan lain-lain," ucap Politikus Gerindra itu.
Baca juga: Vaksinasi Corona, Fadli Zon: Apa Mau Jadi Bebek Percobaan?
"Mereka sebetulnya mempunyai kemampuan, asal didukung oleh pemerintah kita untuk membuat prototype vaksin dan vaksin sendiri serta bisa diproduksi oleh kita sendiri yang cocok," ujar dia lagi.
Menurut Fadli, vaksin yang pemerintah impor dari luar negeri belum tentu cocok untuk tubuh masyarakat Indonesia. Maka itu ia mengimbau kepada pemerintah untuk menunda rencana vaksinasi massal pada November 2020.
"Karena belum tentu vaksin yang diujicoba di negara lain cocok dengan kita, strain-nya bisa saja berbeda dan seterusnya. Sebaiknya ditunda sampai vaksin ini betul-betul aman, ampuh, dan jangan terburu-buru, karena kita akan mempertaruhkan nasib rakyat Indonesia," kata Fadli Zon.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan pentingnya menerapkan strategi komunikasi publik terkait rencana pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi virus corona (Covid-19).
Menurutnya, strategi komunikasi yang tidak efektif akan berakibat buruk, seperti halnya saat masyarakat merespons keberadaan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja.
"Ini penting sekali, strategi komunikasi publik disiapkan dengan baik," kata Presiden Jokowi dalam rapat terbatas di Istana Merdeka Jakarta, Senin, 26 Oktober 2020.
Oleh karena itu, ia meminta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate untuk menyiapkan strategi yang ia maksud.
"Saya minta ini tim-nya pak Menteri BUMN disiapkan lagi strategi komunikasi ini, di-backup, dibantu Kominfo, dijelaskan komperehensif ke publik mengenai manfaat vaksin dan peta jalan pelaksanaan vaksinasi,” ucap Jokowi. []