Beijing - Jumlah korban tewas akibat wabah virus corona di China daratan telah mencapai 1.113 orang berdasarkan data terbaru Selasa, 11 Februari 2020. Komisi kesehatan Nasional China menyebutkan, terjadi penambahan jumlah korban meninggal sebanyak 97 orang dari hari sebelumnya.
Provinsi Hubei yang menjadi pusat penyebaran virus melaporkan ada 94 kematian baru. Dari data itu termasuk 72 korban meninggal dunia di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei tempat pertama kali virus itu teridentifikasi. Di seluruh daratan China, ada 2.015 korban infeksi baru yang dikonfirmasikan pada Selasa, terendah sejak 30 Januari 2020. Jumlah akumulasi korban terinfeksi mencapai 44.653 orang.
Seperti diberitakan dari Channel News Asia, Rabu, 12 Februari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam konferensi di Jenewa telah menetapkan nama resmi virus corona yakni COVID-19. WHO menyebutkan negara-negara memiliki peluang untuk menghentikan penyebaran virus secara global.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan meskipun 99 persen kasus berada di China, tetap memiliki ancaman yang sangat besar bagi seluruh dunia. Ia mendesak negara-negara berbagi data untuk meneliti lebih lanjut penyakit ini.

Otoritas China pada hari ini melaporkan jumlah kasus virus corona baru terendah sejak Januari. Hal ini memberikan kepercayaan bahwa prediksi penasihat medis senior yang menyebutkan wabah akan berakhir pada April akan tercapai. Namun para pakar internasional tetap khawatir dengan penyebaran virus mirip flu itu.
Zhong Nanshan, penasihat medis terkemuka China tentang wabah itu mengatakan jumlah kasus baru turun di beberapa provinsi dan memperkirakan epidemi akan memuncak pada bulan ini. "Saya berharap wabah ini atau peristiwa ini bisa berakhir pada April," kata Zhong, seorang ahli epidemiologi kepada Reuters.
Meskipun para pejabat kesehatan China menyatakan situasi terkendali, WHO tetap memperingatkan epidemi ini menjadi ancaman global yang berpotensi lebih buruk dari terorisme. "Dunia harus bangun dan menganggap virus ini sebagai musuh publik nomor satu," ucap Tedros kepada wartawan. Ia menambahkan vaksin pertama baru keluar dalam jangka waktu 18 bulan lagi.
Ditanya soal prediksi Zhong, Kepala Petugas Medis Australia Brendan Murphy berkata,"Saya pikir terlalu dini untuk mengatakan itu."
"Saya pikir kita baru saja menonton data dengan sangat cermat selama beberapa minggu mendatang sebelum kita membuat prediksi," katanya kepada Australian Broadcasting Corp pada Rabu. Ia memuji "upaya Hercules" China untuk mengendalikan virus.[]