Surabaya - Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) terus berupaya agar ekonomi tidak turun 30 persen di tengah wabah virus corona Covid-19. Salah satunya dengan memberikan perhatian terhadap industri dalam pemenuhan bahan baku.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elistianto Dardak mengaku Pemprov Jatim sudah melakukan pemetaan kondisi ekonomi. Pemetaan ini melihat lima sektor yang menjadi penopang ekonomi karena berkontribusi sekitar 75 persen dan menyerap 80 persen dari ekonomi Jatim.
"Terbesar adalah industri karena itu kita petakan. Kita belum bisa mengkuantifikasi berapa dampaknya, dan dissatisfaction (ketidaksukaan) ini kira-kira akan bertahan berapa lama," ujar Emil, saat jumpa pers, di Grahadi, Jumat 27 Maret 2020 malam.
Baca Juga: Covid-19 Meluas di Jatim, 4 Daerah Masuk Zona Merah
Industri sudah menerapkan protokol pencegahan penyebaran Covid-19
Mantan bupati Trenggalek itu menjelaskan, meski pandemi Covid-19 menghantui masyarakat, ada 1200 industri besar yang memperkerjakan 380 ribu. Industri yang memperkejakan buruh banyak sudah dicek dan didata oleh Disnaker dan Disperindag Jatim bahwa industri itu sudah menerapkan protokol pencegahan penyebaran covid-19.
Industri benar-benar menerapkan phyisical distancing (jarak fisik), dan menyediakan sanitasi. Bahkan ada satu pabrik yang sudah mengganti sistem singgle print dengan card sebagai absensi untuk meminimalisir penyebaran virus dan antrian panjang buruh yang akan masuk kerja.
"Harapannya sesuai arahan presiden pabrik tetap beroperasi dan tidak ada antrean. Kalau itu bisa kita lakukan maka kita bisa berusaha meminimalisir 30 persen ekonomi Jatim jangan terlalu turun," tutur Emil.

Kesulitan bahan baku
Emil menyebut problem di tengah wabah virus corona bagi industri kelas menengah adalah kesulitan memperoleh bahan baku, atau harganya mahal. Untuk mengatasinya, Disperindag Jatim sudah melakukan upaya substitusi bahan untuk mencari potensi lainnya agar industri tetap bisa beroperasi di tengah kondisi seperti saat ini.
"Kalau industri menengah kita liat gangguan-gangguan produksinya lebih pada kesulitan bahan baku atau bahan bakunya naik terlalu tinggi," ucap Emil.
Sementara untuk pemasarannya, biasanya industri memakai jalur alternatif, yakni menjual di tempat wisata, retail dan di mal. Namun saat ini mengalami kendala karena masyarakat masih memilih kerja dan belajar di rumah sejak 16 Maret 2020.
"Mungkin di saat satu dan dua minggu sejak 16 Maret diterapkan kerja dan belajar di rumah, masyarakat tetap pada tahap itu," kata Emil.
Emil berharap ada suatu perubahan pola konsumsi industri lokal melalui online. Dengan begitu, produk industri tetap terserap dan ekonomi tidak lesu.
Sedangkan untuk perdagangan mengalami dampak 18 persen. Hal ini mengingat masyarakat lebih memilih belanja kebutuhan pokok lewat pedagang keliling daripada ke pasar tradisional. Maka pemerintah perlu melakukan penyemprotan disinfektan pasar tradisional dan membagikan hand sanitizer ke pedagang.
Baca Juga: Jatim Siapkan Stimulus Fiskal Atasi Dampak Corona
Tak hanya berpengaruh ke pasar tradisional saja, penurunan juga terjadi pada pasar modern, seperti hypermart. Masyarakat di Jatim cenderung transisi dari pasar modern besar ke supermarket yang medium, dan lebih banyak dikunjungi, saat terjadi wabah Covid-19.
"Ini semua kita petakan. Tadi Aprindo melalui satgas pertanian, kita akan pastikan bahwa jangan sampai produk pertanian tidak sampai pada end user," ucap Emil. []