Jakarta – CEO Tagar Yossy Girsang mengatakan bahwa dari jangka sampai 10 tahun nanti kemungkinan laba bersih BRI sekitar 67 triliun dan terminal value dimulai dari tahun ke-11, yaitu sebesar 70 triliun dihitung fokus secara net income
“Net income dari BRI turun naik tetapi BRI itu sekarang sudah di fase masa stabil apalagi kalangan menengah Indonesia semakin bertumbuh otomatis itu akan berpengaruh pada industri perbankan dan akan menambah net income untuk BRI,” ujarnya pada wawancara di kanal YouTube TV Tagar Id, pada Minggu, 27 Maret 2022
Yossy Girsang juga mengatakan total dari equitas akan mencapai 446 T dibandingkan dengan sekarang hanya sebesar 291 T dengan cost equity digunakan 12.24% selama 5 tahun yang akan menurun pada tahun ke 10 denga cost equity 11.75%
Walau pun kita tahu terdapat tekanan dan pandemi dari 2020 sampai 2021 yang menyebabkan yang adanya penurunan aset BRI, tetapi karena adanya holding tersebut maka otomatis total aset BRI semakin besar.

Sedangkan untuk Reo (Return on Equity) apabila dilihat dari 5 tahun lalu sebelum adanya pandemi antara sebesar 15 sampai 16% “Saya masih confident akan 16 % untuk beberapa tahun kedepan hanya saja terminal value nantinya mulai tahun ke 10 itu akan mencapai 15%,” ujarnya.
- Baca Juga: Apa Itu Saham? Bagaimana Cara Kerjanya?
- Baca Juga: Cara Membaca Bid dan Offer dalam Trading Saham
Ia juga menjelaskan dividend payout ratio yang dibayarkan sebesar 70%, di bulan April nanti devidenya akan dibagikan sekitar 78 Rupiah per lembar saham dari kurang lebih 73% devidend payout ratio sekarang
Untuk total value of equity sekitar 435 triliun untu BRI dengan jumlah saham 151 miliar makan nilai intrinstik BRI itu sekitar 2870 dan saat ini BRI diperdagangkan dengan harga 4.700 diatas instrinsic value sebesar 164%
Pada tahun 2021 lalu terdapat corporate action yang terjadi pada bank BRI dari bulan Februari 2021 sampai bulan September 2021. Yang diantaranya adalah seperti Bank Syariah Indonesia (BSI), FWD, PEGADAIAN dan PNM menambah cukup signifikan aset BRI.
“Walau pun kita tahu terdapat tekanan dan pandemi dari 2020 sampai 2021 yang menyebabkan yang adanya penurunan aset BRI, tetapi karena adanya holding tersebut maka otomatis total aset BRI semakin besar,” katanya.
- Baca Juga: Pertama Kali Coba? Ini Cara Trading Saham 2022
- Baca Juga: Cara Buka Rekening Saham Online Mandiri Sekuritas
Yossy Girsang juga menjelaskan pertumbuhan dari pinjaman (loan growth) BRI di atas atas dari industri dengan 7.2% selama sepanjang tahun, namun dari sisi deposit growth dana dari masyarakat yang menyimpan ke BRI sebesar 7.1% dimana seluruh industri perbankannya dengan rata rata 12.1%
Finanacial ratio BRI selalu di atas rata rata industri perbankan, dari segi NIM, NPL dan LDR hanya saja untuk CAR Bank BRI hanya mendapatkan ratio 24.67% di bawah rata rata industri dengan 25.30%
“Yang sepert kita ketahui BRI kuat di micro jadi pembentukan ultra holding dari micro itu harusnya memberikan dampak jangka panjang yang baik untuk BRI,” ucapnya
(Drie An Naas Setyo)