Bantul - Keberadaan 33 patung berwarna putih yang ada di depan gedung Fakultas Seni Rupa Insitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menarik perhatian masyarakat. Potret patung-patung tersebut cukup ramai dibicarakan di media sosial, terutama Twitter.
Salah satu akun yang mengunggah ke media sosial Twitter yaitu @swastiacintya. Akun tersebut mengunggah tangkapan layar dari akun Instagram @sewon.march dengan caption Eh kok seru. Sedangkan pada unggahan akun Instagram @sewon.march menampilkan kutipan Kelamaan ditinggal mahasiswa, kampus FSR diambil alih makhluk ini. Penampakan penghuni baru Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta”.
Baca Juga:
Dari kutipan tersebut menarik perhatian pengguna media sosial yang lainnya. Respons netizen di twitter sangat beragam dan unik.
Akun Twitter dengan nama @d8Xphi membalas unggahan @swastiacintya dengan kalimat "Oalaahh asem mau bengi magrib muleh lewat ISI pas ndelok arah ngalor rodo mak jenggirat." (Tadi Magrib pulang lewat ISI melihat arah utara agak merinding).

Selain itu adapula akun @sapaaloeh yang membalas dengan video patung putih di ISI ketika malam hari beserta keterangan “Malah dikirimi iki karo kancaku asem bengi-bengi pas malam jumat meneh”. (Dikirimi video sama temanku, malam-malam pas malam Jumat lagi).
Lantas bagaimana respons sang kurator dan pecinta karya seni yang viral tersebut? Kurator sekaligus Dosen Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, Mikke Susanto menyebut sebenarnya patung-patung tersebut untuk pameran yang akan berlangsung pada 10 Desember 2020 nanti.
Oalaahh asem mau bengi magrib muleh lewat ISI pas ndelok arah ngalor rodo mak jenggirat.
Dia mengatakan, patung-patung tersebut sebenarnya belum didisplay pada tempat seharusnya. “Sebenarnya tempatnya bukan di situ, cuma karena kebetulan ada orang lewat dan memviralkan, ya sudah malah sudah dipromosikam untuk acara pameran nanti,” kata Mikke.
Mengetahui adanya narasi yang berkembang di media sosial Mikke membebaskan interpretasi yang berkembang di publik. Narasi yang ada di media sosial tersebut sebagai respons dari publik.
Baca Juga:
Sementara itu pencipta hasil karya patung tersebut, Purjito mengatakan sebenarnya patung-patung tersebut telah diciptakannya sejak 2013. Kala itu patung yang berjumlah 99 itu dibuat sebagai bentuk netralisasi pada penyelenggaraan Pilpres 2014 yang kondisinya saat itu memanas.
Terkait beberapa narasi yang beredar terkait patung-patungnya yang ia pinjamkan untuk pameran di Insitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, seniman yang juga merupakan alumni almamater ini membebaskan. Narasi yang beredar itu dianggap sebagai respons masyarakat yang tak pernah terbayangkan.
Dia mengatakan, patung yang berbentuk makhluk dengan menghadap ke dalam ini merupakan sebagai bentuk perenungan, patung ini sudah sempat beberapa kali dipamerkan. “Masyarakat bebas memberikan narasi karena karya seni ditampilkan di tahun yang berbeda dan di tempat berbeda pasti membuat kesan yang berbeda pula,” jelas Purjito. []