Jakarta - Politikus partai Demokrat Andi Arief, mempertanyakan keberadaan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto di tengah merebaknya wabah virus corona (Covid-19) di Indonesia. Sebab menurutnya, wabah penyakit mematikan tersebut merupakan sesuatu yang menyangkut pertahanan sebuah negara selain perang.
"Soal serangan virus corona ini menyangkut pertahanan negara selain perang. Sayang Pak Prabowo sebagai Menhan diam seribu bahasa," kata Andi melalui akun Twitter pribadinya, dikutip Tagar pada Kamis, 19 Maret 2020.
"Ini bukan becanda, ini soal pertahanan negara. Yang diantisipasi selama ini bencana vulkanik dan tektonik serta nuklir. Pertahanan negara gak menghitung serangan wabah seperti ini. Kalau sampai katastrofi, jebol pertahanan negara," kata dia dalam cuitan yang lain.
Andi Arief mengatakan, virus corona telah mempengaruhi banyak hal termasuk menghancurkan sektor ekonomi di Indonesia. Lantaran itu, ia berharap tidak ada satu pun pejabat negara yang lari dari tanggung jawab dan mengundurkan diri dalam menghadapi wabah mematikan ini.
"Rupiah melemah, sudah hampir ambang batas psikologis. Diperkurakan akan terus melemah. Kita belum tahu apa yang akan dilakukan pemerintah. Saya berharap jaghan ada menteri yang mundur dan lari dari tanggungjawab," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, hingga Kamis, 19 Maret 2020 pukul 12.00 WIB, jumlah pasien positif virus corona di Tanah Air telah menyentuh angka 309 orang, dengan jumlah meninggal dunia 25 orang dan pasien sembuh sejumlah 15 orang.
Presiden Jokowi dalam keterangan resminya telah mengimbau kepada seluruh rakyat Indonesia agar menghentikan segala kegiatan di luar rumah dan mengisolasi diri di rumah masing-masing demi menghindari meluasnya penyebaran virus corona (Covid-19).
Baca juga: Anies Baswedan Minta Salat Jumat Ditiadakan 2 Pekan
Sejumlah negara bahkan telah memberlakukan opsi karantina wilayah alias lockdown demi memutus rantai penularan virus corona (Covid-19). Sementara sejumlah ilmuwan dari berbagai belahan dunia tengah berlomba-lomba melakukan riset dan memproduksi vaksin dari penyakit baru yang ditemukan pertama kali di Wuhan, Cina, pada akhir tahun 2019 lalu ini. []