Beijing -Novel coronavirus (2019-nCov) atau virus corona baru makin mengganas. Jumlah korban tewas di China hingga Selasa, 4 Februari 2020 mencapai lebih dari 425 orang. Negeri Tirai Bambu itu akhirnya menerima uluran tangan Amerika Serikat (AS) untuk membantu memerangi wabah virus mematikan itu. Padahal sehari sebelumnya China menuduh AS menyebarkan isu yang meresahkan.
Komisi Kesehatan Nasional China menyebutkan, data kematian terbaru itu semuanya di Provinsi Hubei yang merupakan pusat penyebaran virus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan virus corona baru sebagai darurt global, meskipun para ahli menyatakan masih banyak yang belum diketahui tentang patogen virus itu termasuk faktor yang mematikannya.
"Diperkirakan lebih banyak kasus penyebaran dari orang ke orang," kata Dr. Nancy Messonnier, Direktur Pusat Nasional Imunisasi dan Penyakit Pernafasan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), seperti dikutip dari Reuters, Selasa, 4 Februari 2020.
Virus Corona. (Foto: Antara/HO)
Sementara itu jumlah yang terinfeksi virus di China melonjak 3.235 menjadi 20.438 orang. Setidaknya ada 151 kasus di 23 negara termasuk AS, Jepang, Thailand, Hong Kong dan Inggris. CDC mengkonfirmasikan beberapa kasus baru di AS sehingga total yang terinfeksi di AS menjadi 11 orang. Termasuk seorang pasien di California yang tertular melalui kontak orang terdekat yang terinfeksi saat di China. Ini merupakan kasus kedua penyebaran dari orang ke orang di AS setelah temuan kasus di Illinois Minggu lalu.
AS berulangkali menyatakan keinginannya untuk membantu China.
Sebelumnya China menuduh AS telah menyebarkan isu yang memicu kepanikan pasar sehingga bursa saham China anjlok sekitar 8 persen pada perdagangan Senin. Ini merupakan hari perdagangan pertama setelah liburan tahun baru Imlek yang diperpanjang akibat wabah virus corona.
Presiden Donald Trump pada Jumat lalu melarang warga negara Asing yang pernah ke China dalam 14 hari terakhir datang ke AS untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada Selasa mengatakan AS harus bersikap obyektif, adil, tenang dan rasional, serta menahan diri dari reaksi berlebihan.

"China mencatat bahwa Amerika Serikat telah berulang kali menyatakan keinginannya untuk memberikan bantuan. Kami berharap bantuan yang relevan bisa segera diberikan," kata Hua Chunying, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan di situs web kementerian.
Penyebaran virus corona yang masif ini membuat China menghadapi ancaman isolasi internasional. Hal ini dikhawatirkan akan memicu kekhawatiran perekonomian yang lebih luas di tengah perlambatan pertumbuhan. Sumber-sumber di kartel minyak OPEC menyatakan para produsen mempertimbangkan memangkas produksi hampir sepertiga untuk menjaga harga. Kalangan ekonom memprediksi output ekonomi dunia akan dipangkas berkisar 0,2 hingga 0,3 persen karena dampak diisolasinya China oleh dunia internasional.[]