Jakarta - Penyebaran wabah virus corona (COVID-19) yang semakin meluas memicu kekhawatiran kalangan investor terhadap dampak buruk terhadap perekonomian global. Investor mewaspadai efeknya terhadap permintaan minyak mentah, sehingga menekan harga minyak. Pada Senin, 24 Februari 2020, harga minyak mentah merosot 5 persen, seperti diberitakan dari finance.yahoo.com.
Harga minyak mentah berjangka acuan Inggris, Brent turun 2,96 dolar AS atau 5,1 persen menjadi 55,54 dolar AS per barel. Hal yang sama juga dialami minyak mentah berjangka acuan AS, West Texas Intermediate (WTI) tergerus 2,58 dolar AS atau 4,8 persen di posisi 50,80 dolar AS per barel.
"Ketika virus menyebar secara global, revisi penurunan tambahan permintaan minyak untuk tahun ini mungkin diperlukan," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbush and Associates.
Ritterbush menambahkan, bursa saham global juga terkena imbas kekhawatiran investor dampak virus corona yang akan membuat perekonomian tertekan. "Aksi jual saham di bursa global tentunya juga akan berimbas pada pasar minyak mentah dan ini tidak bisa diabaikan," tuturnya.
Bank of America Global Research mempertahankan perkiraan 2020 untuk harga minyak mentah Brent stabil di level 62 dolar AS per barel. Ini mengutip penurunan sukarela dan tidak sukarela dalam pasokan OPEC dan ketahanan pasar terhadap guncangan geopolitik.

Hal senada dikatakan Stephen Innes, Kepala Strategi Pasar di AxiCorp. "Kita seharusnya tidak meremehkan gangguan ekonomi, karena penyebar virus corona yang super cepat dapat memicu penurunan besar dalam aktivitas bisnis di seluruh dunia," ucapnya.
Virus mematikan yang bermula dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China ini telah menginfeksi hampir 77.000 orang dan menyebabkan lebih dari 2.500 meninggal di Negeri Tirai Bambu. Penyebaran virus corona di Korea Selatan juga semakin mengkhawatirkan pemerintah negara itu. Kota terbesar keempat di Negeri Ginseng itu, Daegu semakin terisolasi dengan jumlah yang terinfeksi merangkak dengan cepat.
Wabah terbesar di Eropa terjadi di Italia, dengan jumlah kematian mencapai tujuh orang dan 220 yang terinfeksi. Kuwait, Bahrain, Oman, danIrak mengkonfirmasikan kasus virus corona untuk pertama kali. Semua orang yang terinfeksi merupakan mereka yang pernah berada di Iran. Negeri Mullah itu melaporkan ada 12 meninggal dan 61 terinfeksi.
Goldman Sachs menyebutkan harga komoditas bisa turun tajam sebelum ada rebound dari upaya pemerintah China untuk melakukan stimulus ekonomi. "Janji stimulus telah membuat pasar komoditas bertindak seperti pasar ekuitas, membangun risiko koreksi tajam," kata bank dalam sebuah catatan.[]