Jakarta - Starbucks Corporation menutup separuh atau sekitar 2.000 gerai yang ada di China sebagai upaya untuk melindungi karyawan dan mendukung upaya pemerintah China dalam mengendalikan Novel Coronavirus (2019-nCoV) atau virus corona baru. Jaringan kedai kopi global asal Amerika Serikat penyebaran virus yang berkembang pesat kemungkinan akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
CEO Starbucks Kevin Johnson mengatakan saat ini perusahaan tengah menavigasi situasi yang sangat dinamis di China. Starbucks memiliki 4.300 gerai, menjadikan pasar terbesar di luar AS. Menurutnya, perusahaan berencana untuk meningkatkan proyeksi laba tahunan setelah meilhat kinerja triwulan pertama yang lebih baik dari perkiraan. "Namun kami kemudian memutuskan untuk tidak mengubah proyeksi karena ada isu virus corona," katanya kepada analis dari Wall Street seperti diberitakan dari BBC News, Rabu, 29 Januari 2020.
Starbucks membuka gerai pertamanya di China pada Januari 1999 di Beijing. Di Negeri Tirai Bambu ini, perusahaan mencatat kinerja yang positif. Penjualan di China menyumbang sekitar 10 persen terhadap pendapaan global sehingga menjadi mesin pertumbuhan paling penting bagi perusahaan.
Penyebaran virus corona yang masif ini mempengaruhi keputusan perusahaan-perusahaan multinasional yang beroperasi di China. Perusahaan teknologi asal AS, Apple Inc terpaksa merivisi kinerja di kuartal mendatang. Bos Apple, Tim Cook mengatakan terpaksa merivi perkiraan pendapatan untuk kuartal mendatang karena virus corona bakal mempengaruhi perusahaan. Raksasa teknologi ini memberlakukan pembatasan perjalanan dan mengurangi jam buka gerainya di China.
Petugas kesehatan merawat pasien virus corona di RS Zhongnan Universitas Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, China, 28 Januari, 2020. (Foto: Antara)
Sebelumnya perusahaan jejaring sosial asal Amerika Serikat Facebook Inc mengeluarkan pernyataan resmi larangan bagi stafnya untuk melancong ke China pasca penyebaran virus corona semakin meluas. Raksasa teknologi itu menjadi perusahaan besar Amerika Serikat pertama yang telah mengeluarkan larangan resmi karyawannya melancong ke China.
Facebook menyatakan larangan itu sebagai bentuk sikap kehati-hatian perusahaan untuk melindungi karyawan tidak terinfeksi virus corona. "Kami harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi kesehatan dan keselamatan karyawan," kata juru bicara Facebook seperti diberitakan dari BBC News, Selasa, 28 Januari 2020.
Facebook memiliki unit bisnis di China yang menjual produk-produk seperti headset virtua realty Oculus. Perusahaan yang didirikan oleh Mark Elliot Zukerberg ini menyerukan karyawannya untuk tidak bepergian ke China. Sementara untuk karyawan di kantor divisi China, diminta untuk bekerja dari rumah.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) sebelumnya telah mengeluarkan seruan kepada warganya untuk membatalkan agenda perjalanan ke China. Untuk warganya yang saat ini berada di China disarankan untuk tidak bepergian ke Wuhan Provinsi Hubei. AS dalam minggu-minggu ini akan memulangkan staf konsuler kedutaan besar dan warga keluar dari Wuhan. Beberapa negara juga sudah bersiap-siap untuk mengevakuasi warganya.

Banyak pabrikan mobil yang mempunyai manufaktur di Wuhan, berusah secepatnya mengevakuasi karyawan dan keluarga mereka. Wuhan yang merupakan kota terbesar ketujuh di Negeri Tirai Bambu merupakan pusat manufaktur otomotif terbesar. Produsen mobil Prancis PSA yang terkenal dengan merek Peugeot dan Citroen akan mengevakuasi staf dan anggota keluarga yang berjumlah 30 orang dari Wuhan.
Begitu pula dengan Honda Motor. Pabrikan Jepang yang juga punya manufaktur di Wuhan menyebutkan akan menerbangkan sekitar 30 stafnya pulang. Perusahaan Jepang lainnya, Nisan yang membuat perusahaan patungan dengan Dongfeng yang berbasis di Wuhan mengatakan akan mengevakuasi sebagian besar staf Jepang dan keluarga mereka dari kota.[]
Baca Juga:
- Ilmuwan Australia Kembangkan Virus Corona Baru
- Rusia dan China Kerja Sama Buat Vaksin Virus Corona