Jakarta, (Tagar 2/5/2018) - Wakapolri Komjen Pol Syafruddin menjelaskan seharusnya tidak boleh ada persekusi di arena Car Free Day (CFD) seperti yang terjadi di kawasan Thamrin, Jakarta.
“Kemarin saya sudah sampaikan bahwa persekusi tidak boleh ya. Karena, itu tindakan ada hukumnya,” ujarnya di Nusantara V, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (2/5).
“Car free day itu ditujukan untuk olahraga pertama. Kedua, untuk kegiatan masyarakat bersosialisasi satu sama lain. Jadi kalau bisa, selanjutnya CFD itu gunakan seperti yang diperuntukkan,” sambungnya.
Menurutnya, tak masalah jika satu sama lain berbeda cara pandang. Seperti kelompok pemakai kaos #2019GantiPresiden, dengan seorang ibu pemakai kaos #DiaSibukKerja. Namun, tak boleh sampai ada reaksi fisik ketika keduanya bertemu di satu titik tempat yang sama.
“Cuma saya mengimbau begini, berbeda pendapat itu boleh ya. Berbeda pendapat, tapi jangan berbeda pendapat terus ada reaksi fisik, tidak boleh,” jelasnya.
Untuk mencegah kejadian seperti intimidasi sekelompok orang pemakai kaos #2019GantiPresiden pada seorang ibu pemakai kaos #DiaSibukKerja dengan anaknya, dia pun mengimbau kedua kelompok tak boleh bertemu di satu titik tempat yang sama lagi.
“Ini alam demokrasi berbeda pendapat boleh, kalau ada dua kelompok massa yang berbeda pendapat usahakan jangan bertemu di satu titik, itu yang pertama saya tujukan pada orang yang berbeda pendapat dua kelompok saya tujukan,” terangnya.
Dia pun mengakui ada kekeliruan pada aparat keamanan dari Polri yang sedang bertugas di sana. Karena seharusnya, sebagai aparat kemanan tugas Polri mengatur agar dua kelompok tersebut tidak bertemu.
“Itu kemaren Polri juga ada kelirunya kenapa bisa ketemu, dia aparat keamanan di car free day tidak boleh mengatur pertemuan itu, artinya mengatur supaya tidak bertemu,” tandasnya. (nhn)