Tangerang - Komunitas seni dan Budaya Semangat Berbagi (Semanggi) Center Tangerang yang bersekretariat di bilangan Cikokol, atau tepatnya menempati bekas kantor EMC Radio Tangerang telah disurati oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang untuk mengosongkan lahan tersebut. Menanggapi hal itu, segenap pengurus Semanggi Center membuka ruang komunikasi, namun tidak mendapat respons dari Wali Kota Tangerang, Arief Wismansyah.
Harapan saya hanya kepada semesta, karena semesta selama ini mendukung, dan masih ada proses pembelajaran di sana.
Alhasil, Semanggi Center mendapat simpatik dari kelompok/komunitas seni dan budaya dari berbagai daaerah. Sehingga dari sana terbentuk suatu gagasan penyampaian aspirasi kepada Pemkot Tangerang dengan tema ‘Love Moment’
"Gagasan ini dibentuk oleh segenap kawan-kawan pada pertemuan di Kunciran. Gagasan ini diinisiasi bukan dari Lingkar Semanggi, tapi oleh semua seniman dan budayawan yang peduli 'terhadap semanggi center hingga akhirnya terbentuk lah Love Moment, ujar salah satu tokoh Semanggi Center, Edi Bonetsky kepada Tagar usai acara Love Moment di Kawasan Pusat Pemerintahan (Puspem) Kota Tangerang, Jumat, 24 Juli 2020.
Ia mengatakan, penyampaian aspirasi melakukan aksi yang berbeda dengan aksi unjuk rasa yang biasa. Menurut Edi, Love Moment merupakan panggung bagi para seniman dan budayawan untuk menampilkan masing-masing pertujukannya. Ada musik, pencak silat, teater, debus dan lainnya.
Tokoh Semanggi Center, Edi Bonetsky. (Foto: Tagar/Mauladi Fachrian)
"Ini adalah peristiwa seni dan budaya yang sebetulnya bisa dilakukan oleh siapa pun dan dimana pun, di kampung halaman apapun dengan beragam bentuk," ucap Edi.
Meski tak dapat dukungan dari Wali Kota Tangerang untuk menempati bangunan yang sebelumnya milik Kabupaten Tangerang itu, namun Semanggi Center bersikeras untuk tetap menempati tempat tersebut untuk menyalurkan berbagai bentuk kegiatannya.
"Harapan saya hanya kepada semesta, karena semesta selama ini mendukung, dan masih ada proses pembelajaran di sana," tutur Edi.
Tak hanya seniman dan budayawan saja, Love Moment juga dihadiri oleh Akademisi Tangerang, Bambang Kurniawan. Dalam orasi budayanya, Bambang mengatakan momen ini merupakan bentuk olah pikir, olah rasa dan olah gerak/tindakan. Menurutnya, sebagai kota yang berkebudayaan, maka olah pikir di Kota Tangerang harus terus dibangun.

"Kemudian dalam olah rasa, seharusnya aparat keamanan, Pemkot Tangerang dan juga DPRD bisa menikmati ini. Berkumpul bersama dengan seluruh komunitas di Kota Tangerang, Bandung dan Jakarta yang jarang tercipta seperti ini," ucap Bambang.
Love Moment, kata Bambang, merupakan momentum yang sangat besar. Jika Pemkot berikut DPRD Kota Tangerang bisa bersilaturahmi, maka itu merupakan hal yang luar biasa sekali.
"Jika itu terjadi, menurut saya, mungkin ini adalah satu-satunya di Indonesia dimana terjalin bangunan Komunikasi bersama di jalanan,” ujar Ketua Stisip Yuppentek Tangerang itu.
Bambang berharap budaya berdialog saling mendengar dan saling bicara bisa terus dibangun di Kota Tangerang. Tidak menutup ruang komunikasi dengan masyarakatnya sendiri, apalagi dalam menghadapi persoalan-persoalan yang ada.
"Kita ingin Kota Tangerang punya keterbukaan yang tinggi, Kota dimana masyarakat dan elemen pemerintahnya bergabung bersama-sama. Saya pikir itu yang menjadi vocal point kita dalam Love Moment ini,” ucapnya.
Hingga berakhirnya panggung Love Moment, tidak ada perwakilan Pemkot Tangerang yang bisa memenuhi keinginan Semanggi Center. Terlebih, diakhir acara, Pemkot Tangerang pun menolak pemberian simbol cinta berupa kue Tart.[]