Jakarta – Pengamat dan praktisi pariwisata sekaligus founder Temannya Wisatawan Taufan Rahmadi mengatakan, kinerja Menparekraf Wishnutama secara keseluruhan adalah minim terobosan. Selain itu, kebijakannya juga tidak direncanakan dengan baik sehingga terlihat sporadis.
“Ketika kita berbicara tentang kinerja Menteri Pariwisata (Wishnutama) secara keseluruhan tentunya boleh saya katakan pertama minim terobosan dan tidak terencana dengan seksama, dengan baik, terkesan sporadis,” katanya kepada wartawan Tagar melalui sambungan telepon Rabu, 2 Desember 2020.

Wishnutama dinilai, terus-menerus melakukan kesalahan dalam menempatkan prioritas program atau prioritas dalam kebijakannya. Menurut Taufan Rahmadi, seharusnya yang diutamakan adalah pemulihan destinasi.
“Tetapi itu diletakkan bukan di nomor satu. Malah melakukan promosi secara besar-besaran,” tambahnya
Taufan Rahmadi juga menyayangkan langkah yang diambil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama menyewa konsultan asing di tengah keterbatasan Perekonomian Indonesia.
“Saya sangat menyayangkan sebagai Menparekraf dalam keterbatasan ini masih menyewa konsultan asing,” ucapnya.
ketika kita berbicara tentang kinerja Menteri Pariwisata (Wishnutama) secara keseluruhan tentunya boleh saya katakan pertama minim terobosan.
Penulis buku Protokol Destinasi Panduan pemulihan pariwisata di era new-normal ini, menjelaskan bahwa sejatinya di dalam negeri banyak orang-orang hebat dengan portofolio luar biasa yang bisa diajak berkolaborasi.
“Padahal kita tahu, ini suasana lagi krisis. Saya yakin banyak orang-orang hebat di dalam negeri yang memiliki portofolio luar biasa untuk diajak berkolaborasi,” ujar Taufan Rahmadi.
Selain itu, Taufan Rahmadi mengatakan bahwa alokasi anggaran Wishnutama juga salah kaprah. Hal ini, terlihat dari porsi pembinaan destinasi yang hanya mendapat kurang dari 10% dari total anggaran. Seharusnya, yang perlu diperhatikan adalah pembenahan destinasi baru kemudian gembar gembor mengenai promosi.
“Kalau kita melihat anggaran dari Kemenparekraf dan melihat porsi pembinaan destinasi itu sangat kecil sekali di bawah 10 % dari total anggaran. Oleh karena itu, ini perlu menjadi perhatian harusnya di balik yang paling besar itu pembenahan destinasi baru bicara tentang promosi,” jelasnya.
- Baca Juga : Jokowi Mesti Pecat Wishnutama
- Baca Juga : Hasil Survei: Wishnutama Menteri Terburuk Nomor 6 dari Bawah
- Baca Juga : Ferdinand Hutahaean Sebut Wishnutama Pemikirannya Kosong
Kemudian, tantangan bagi Wishnutama adalah bagaimana bisa memberikan stimulan kepada industri terkait karena dana hibah pariwisata mencapai Rp 3,3 triliun yang dialokasikan 70 % untuk hotel dan restoran, lalu 30 % untuk diberikan kepada Pemda.
Sementara dana tersebut, harus habis sampai Desember. Sehingga bisa dibayangkan bagaimana pendistribusian dana hibah tersebut. Pasalnya ini, menyangkut dana yang tidak sedikit dan diharapkan jangan sampai menjadi permasalahan besar di kemudian hari.
“Rp 3,3 triliun ini kita tahu bahwa masalah database pariwisata kita tidak memuaskan, tidak akurat seringkali. Jangan sampai ketika didistribusikan itu tidak ada prinsip-prinsip keadilan dan pemerataan. Jadi kita khawatirkan seperti itu,” tegas Taufan Rahmadi. []