Ambon, (Tagar 21/11/2017) – Ada cerita yang tertinggal di Kota Ambon terkait kegiatan International Interfaith Dialogue dan Pertemuan Nasional Senior GMKI yang telah selesai dengan baik dan ditutup oleh Wakil Gubernur Maluku Dr Zeth Saburua, SH, MH pada Minggu (19/11).
Sebagian besar peserta yang hadir dari berbagai negara dan daerah pun sudah kembali ke asalnya masing-masing.
Kisah tertinggal itu adalah batalnya Kepala Unit Kerja Presiden Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latief menghadiri pembukaan International Interfaith Dialogue (IID) yang dihadiri 500-an peserta, perwakilan pemerintah provinsi Maluku dan kota Ambon, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pimpinan nasional berbagai organisasi kemahasiswaan.
"Kepala UKP-PIP sebenarnya sudah tiba di Ambon untuk menjadi keynote speaker acara IID dengan tema Kembali ke Pancasila Untuk Merawat Kebhinekaan. Namun ada miskomunikasi dengan panitia sehingga mobil yang menjemput beliau telat sampai ke bandara. Beliau kemudian langsung naik taksi menuju hotel, padahal peserta masih menunggu di Taman Budaya, lokasi pelaksanaan pembukaan IID," kisah Koordinator Wilayah Maluku Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Dodi Soselisa saat diwawancarai tentang kronologis kejadian, Senin (20/11).
Dodi menyampaikan bahwa panitia sudah mendatangi hotel untuk meminta maaf, namun Kepala UKP-PIP dan stafnya menolak untuk bertemu.
"Panitia tiga kali datang ke hotel untuk meminta maaf. Bahkan yang ketiga kalinya Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI bersama beberapa pengurus lainnya juga ikut ke hotel untuk menyampaikan permohonan maaf dan mengajak Yudi Latief menuju ke lokasi acara. Pada saat tiba di hotel, Ketum berpapasan dengan Yudi Latief dan stafnya di lobi hotel. Ketum menyampaikan permohonan maaf dan mengatakan bahwa acara masih berlanjut dan peserta serta undangan masih menunggu Yudi Latief.
Beberapa undangan tersebut antara lain Wali Kota dan Wakil Wali Kota Ambon. Sayangnya, Yudi Latief tidak memberikan respons dan lebih memilih mencari makan malam," ungkap Dodi.
Dodi melanjutkan, "Wajar jika Kepala UKP-PIP kecewa karena telat dijemput. Tapi panitia sudah tiga kali meminta maaf. Seharusnya sebagai pejabat negara setingkat menteri, Yudi Latief berkarakter negarawan, bukannya bersikap seperti elitis atau raja yang menolak memaafkan kesalahan rakyat. Apalagi Yudi Latief adalah Kepala UKP-PIP, memantapkan ideologi Pancasila. Pancasila mengajarkan nilai-nilai kegotongroyongan, egaliter, kemanusiaan. Tidak seperti yang ditunjukkan Yudi Latief."
Ruben Frangky Oratmangun, Sekretaris Fungsi Bidang Hubungan Internasional PP GMKI yang turut menjemput ke bandara menyampaikan bahwa GMKI mengundang Kepala UKP-PIP menjadi keynote speaker. GMKI ingin menunjukkan kepada peserta terkhusus peserta internasional bahwa nilai-nilai Pancasila sangat baik dan tepat untuk diimplementasikan tidak hanya di Indonesia, namun juga dunia.
"Sayangnya niat baik GMKI tidak dipedulikan oleh pemerintah, dalam hal ini Kepala UKP-PIP. Kepala UKP-PIP yang bertugas memantapkan ideologi Pancasila justru tidak Pancasilais. Yudi Latief lebih peduli pada dirinya, padahal kedatangannya dan rombongan ke Ambon menggunakan fasilitas negara. 500-an peserta dibiarkan terlantar, padahal Yudi Latief sudah berada di kota yang sama, dan datang ke Ambon untuk menghadiri agenda IID ini," ujar Ruben.
Ruben menambahkan, pejabat negara seharusnya merakyat, melayani, tidak elitis dan hanya ingin dilayani.
“Presiden harus mempertimbangkan ulang posisi Kepala UKP-PIP ini. Sangat berbahaya jika yang memimpin pemantapan ideologi Pancasila hanya menguasai wacana dan jago berbicara saja, namun tidak mampu menerapkannya saat berinteraksi dengan rakyat,” tandasnya. (yps)