Jakarta - Kemenparekraf/Baparekraf menginisiasi 500 pelaku ekonomi kreatif untuk ambil bagian dalam Gerakan Bersih, Indah, Sehat, dan Aman (BISA) di 5 lokasi di Sulawesi Utara (Sulut). Langkah ini dilakukan sebagai upaya mempertahankan daerah yang telah bertatus zona hijau sehingga mematik wisatawan kembali datang di era new normal.
Direktur Pengendalian Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, Hassan Abud, menyatakan status zona hijau berarti secara langsung akan mengembalikan kepercayaan wisatawan untuk berkunjung.
"Butuh kesadaran dan komitmen dari seluruh pihak, baik pemerintah daerah, pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif, hingga masyarakat umum untuk menjadikan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) sebagai kebiasaan baru, dan 3T (testing, tracing, treatment) secara berkelanjutan," kata Hassan melalui keterangan tertulis Kemenparekraf.
Adapun 5 lokasi yang andil dalam Gerakan BISA adalah Kabupaten Minahasa (Bukit Kasih Kanonang, Benteng Moraya, dan Suma Ruendo), dan Kota Tomohon (Taman Wisata Alam Kota Tomohon dan Gunung Mahawu).
Menjadikan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) sebagai kebiasaan baru.

Hassan mengatakan, protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) dalam sektor pariwisata penting dijalankan karena berkontribusi pada peringkat Indonesia dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI).
Sebab itu, kata dia, Kemenparekraf juga memberikan sarana pendukung CHSE, seperti alat semprot desinfektan, wastafel portabel, papan informasi Covid-19, cat tembok, cat kayu, cangkul, sapu, pengki, dan tempat sampah dalam Gerakan BISA.
"Diharapkan kegiatan ini dapat diteruskan oleh Pemerintah Daerah, menjadi suatu kegiatan rutin yang dapat secara perlahan namun pasti akan memberi dampak signifikan untuk kebersihan, keindahan, dan keamanan destinasi," ujar Hassan.
Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, R. Kurleni Ukar, menambahkan Gerakan BISA diharapkan dapat mendorong masyarakat dan pelaku kreatif tetap produktif dengan tetap memprioritaskan penerapan protokol kesehatan. Sehingga dapat menggerakkan roda perekonomian di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Penerapan protokol kesehatan harus menjadi budaya baru yang dijalankan oleh seluruh pihak untuk bangkit kembali dengan menciptakan peluang-peluang baru di era adaptasi kebiasaan baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,” kata Kurleni.